Minggu, 19 April 2020

GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN


GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN


1.      Pengertian Guru
      Guru adalah sumber pengetahuan, wawasan, dan juga arahan tentang bagaimana kehidupan yang lebih baik dan bermartabat. Ia juga seseorang yang memegang posisi penting dalam peranannya sebagai pembentuk utama karakter peserta didik.

2.      Tantangan Guru
            Ada lima tantangan guru, sebagai berikut :
a.       Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar.
b.      Krisis moral, kondisi ini disebabkan diantaranya oleh iptek dan globalisasi.
c.       Krisis social, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran dan kemiskinan.
d.        Krisis identitas sebagai bangsa dan negara. Sebagai bangsa dan negara di tengah-tengah duni membutuhkan identitas kebangsaan (nasionalisme) yang tinggi dari warga negara bangsa Indonesia.
e.       Perdagangan bebas. Kondisi ini membutuhkan persiapan yang matang, terutama dari segi kualitas sumber daya manusia.

3.      Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran
      Menurut Sidjabat (2000:40) peranan guru yaitu:
      Pertama, Guru membantu peserta didiknya untuk memahami bagaimana cara mendalami dan             menguasai bahan ajaran yang sedang atau yang akan diikutinya. 
       Kedua, Guru sebagai motivator, artinya memiliki peran yang penting untuk menumbuhkan motivasi serta semangat di dalam diri siswa dalam belajar. 
       Ketiga, Guru sebagai fasilitator, artinya memberikan pelayanan agar murid dapat dengan        mudah  menerima dan memahami materi-materi pelajaran. 
       Keempat, Guru sebagai pemimpin yang mengelola terjadinya proses pembelajaran. Seorang    juga guru harus dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif dan nyaman. 
       Kelima, Guru sebagai komentator dan komunikator. Dalam kaitan ini, tugas guru yaitu           memberi penilaian terhadap kemajuan peserta didik. 
       Keenam, Guru sebagai agen sosialisasi. Dengan peran ini, guru berupaya membantu peserta   didik mengalami interaksi edukatif, saling mengenal dan saling mengisi, melalui diskusi dan             kerja kelompok. 
       Ketujuh, Guru sebagai pelajar. Seorang guru perlu tampil dengan kesegaran baru, segar          dalam pengetahuan, segar dalm kerohanian, dan bahkan dari fisik. Karena itulah, Guru terpanggil untuk terus mengembangkan dirinya, wawasannya, dan kreatifitasnya.

4.      Guru Ideal
      Guru ideal adalah seorang guru inisiator. Inisiator maknanya adalah yang memulai, yang memprakarsai. Inisiator dalam bidang pendidikan adalah bagaimana guru mampu menyajikan materi ajar sesuai dengan kondisi kelas. Ada ciri-ciri guru yang ideal adalah :
Pertama, mengembangkan hal yang sudah ada sehingga menjadi lebih sempurna. 
Kedua, menemukan hal-hal baru yang belum ada dalam dunia pendidikan. 
Ketiga, selalu mengacu pada tujuan pendidikan nasional, institusional dan kurikuler. 
Keempat, selalu mempunyai gagasan baru untuk diterapkan dalam kelas. 
Kelima, mampu memadukan antara teori dengan praktik. 
Keenam, mampu menjabarkan buku teks ajar dengan lingkungan sekitar. 
Ketujuh, memotivasi anak mempelajari lingkungan alam untuk disesuaikan dengan buku teks ajar. 
Kedelapan, memberi contoh pada anak didiknya untuk disiplin dan bertanggung jawab. 
Kesembilan, memotivasi anak didik untuk mengadakan pengamatan fenomena sosial dan penelitian ilmiah pada alam.
Kesepuluh, memotivasi anak didik untuk mengkritisi buku teks ajar dan mengembangkannya sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat global (Troifuri, 2007: 25-26).

5.      Pembelajaran
      Menurut Sagala (2007:61), pembelajaran adalah membelajarkan siswa dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar. Pembelajaran merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah yaitu : mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh anak didik atau murid. Ada beberapa karaketristik yang melekat dalam pembelajaran, yaitu : pertama, pembelajaran berarti membelajarkan siswa. Kedua, proses pembelajaran berlangsung dimana saja, dan Ketiga, pembelajaran beorientasi pada pencapaian tujuan.

6.      Strategi Pembelajaran
      Menurut Uno, dkk. (2010:80-81), ada tiga jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran sebagai berikut :
a.    Strategi Pengorganisasian Pengajaran
      Pengorganisasian pengajaran merupakan fase yang amat penting dalam rancangan pengajaran. Stategi ini mengacu pada cara untuk membuat urutan (sequencing) dan menyintesis (synthesizing)  fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan.
b.    Strategi Penyampaian
    Strategi penyampaian pembelajaran mengacu kepada cara-cara yang dipakai untuk         menyampaikan pembelajaran kepada siswa, dan sekaligus untuk menerima serta merespon masukan-masukan dari siswa.
c.     Strategi Pengelolaan Pembelajaran
        Reigeluth dan Merril (1979) mengemukakan paling tidak ada empat hal yang menjadi urusan Strategi pengelolaan yaitu, Pertama, Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran, Kedua, Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, Ketiga,  Pengelolaan  motivasional dan Keempat, Kontrol belajar.
  
7.      Pendekatan Pembelajaran
      Ada beberapa pendekatan yang dapat dipilih oleh guru dalam kegiatan pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
Pertama, Pendekatan Rasional, yaitu pendekatan yang lebih menekankan kepada aspek penalaran. Pendekatan rasional ini dapat berbentuk proses berpikir induktif.
Kedua, Pendekatan Emosional, yaitu upaya mengungkapkan perasaan atau emosi siswa
dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
Ketiga, Pendekatan Pengalaman, yakni memberikan dan menciptakan kesempatan kepada
siswa untuk mempraktekkan ajaran agama yang telah dipelajarinya.
Keempat, Pendekatan Pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bersikap dan berperilaku sesuai dengan ajaran dan budaya bangsa dalam menghadapi
beragam persoalan kehidupan.
Kelima, Pendekatan Fungsional, yaitu menyajikan materi pelajaran yang memiliki nilai
manfaat secara nyata bagi kehidupan siswa.
Keenam, Pendekatan Keteladanan, yakni dalam pendekatan ini guru, kepala sekolah, seluruh
staff, orangtua, dan juga masyarakat, memberikan teladan kepada siswa. Perilaku siswa
sedikit atau banayk merupakan representasi dari apa yang dilihatnya dari semua komponen
masyarakat yang hadir di sekitarnya. 

8.      Strategi Mencapai Tujuan
      Strategi pengajaran merupakan penejemahan filsafat atau teori mengajar menjadi rumusan tentang cara mengajar yang harus ditempuh dalam situasi-situasi khusus atau dalam keadaan tertentu yang spesifik. Dalam strategi pembelajaran, ada empat unsur yang perlu diperhatikan, yaitu:
a.     Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku dan pribadi siswa seperti apa    dan bagaimana yang harus dicapai dan menjadi sasaran kegiatan pembelajaran itu         berdasarkan aspirasi dan pendangan hidup masyarakat.
b.    Memilih sistem pendekatan pembelajaran utama yang dipandang paling tepat, guna           mencapai sasaran sehingga bisa dijadikan pegangan oleh para guru dalam melaksanakan   kegiatan pembelajarannya.
c.     Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik pembelajaran yang dianggap         paling efektif dan efisien sebagai pegangan guru dalam melaksanakan tugasnya.
d.    Menetapkan norma-norma dan batas minimum keberhasilan atau criteria dan ukuran          keberhasilan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan evaluasi selanjutnya akan dijadikan umpan balik bagi penyempurnaan sistem instruksional secara keseluruhan (Mansyur, 2001:3).

9.      Implementasi
      Implementasi dari peran profesi Guru dalam menjalankan tugasnya dalam keberlangsungan proses pembelajaran belum berjalan secara optimal. Beberapa tantangan dalam profesi guru yang dapat menghambat proses pembelajaran yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar, krisis moral, krisis social seperti kriminalitas, krisis identitas sebagai bangsa dan negara. Dan ada kendala lain yaitu dari segi komunikasi , proses komunikasi belum terjadi dengan baik antar guru dan murid sehingga kadang terjadi kesalahpahaman, juga pelatihan guru yang belum merata atau sering disebut diklat untuk semakin memberikan guru wawasan baru untuk semakin menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal lainnya juga adalah kurangnya sarana dan prasarana sekolah serta kurangnya dana untuk memenuhi media pembelajaran.
      Maka seharusnya guru lebih mempelajari kode etik seorang guru untuk dapat mendalami profesinya sebagai seorang guru agar tercipta pemblajaran dan Pendidikan yang baik bagi peserta didiknya untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas demi kemajuan Indonesia. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut yaitu kiranya pemerintah semakin peduli dengan sekolah-sekolah yang masih belum lengkap sehingga melancarkan bantuan operasional sekolah (BOS), juga memeratakan diklat guru agar melatih guru-guru semakin profesional dalam mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman N.N. 2018. Etika Profesi Guru. Yogyakarta: Mentari Pustaka.
Nainggolan, Jhon.M.2010. Guru Agama Kristen Sebagai Panggilan dan Profesi. Bandung: Bina Media.
Nurdin, Muhammad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: AR. Ruzz Media Group.
Hamalik, Oemar. 2009. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sidjabat, B.S. 2000. Menjadi Guru Profesional: Sebuah Pespektif Kristiani. Bandung: Kalam Hidup.



Kamis, 09 April 2020

PROFESI, PROFESIONAL, PROFESIONALISME BAGI GURU


PROFESI, PROFESIONAL, PROFESIONALISME BAGI GURU

           Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju, seorang guru dituntut untuk selalu mengembangkan kemampuannya dalam mendidik anak didiknya. Seorang guru profesional tentu saja harus selalu tanggap terhadap perubahan jaman, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
        Melihat masalah yang terjadi pada saat ini, bahwa guru harus mampu menguasai perkembangan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan di era globalisasi. Sehingga guru harus mampu menggunakan teknologi yang telah disediakan di sekolah seperti LCD Proyektor dan sebagainya.
A.   Pengertian Profesi, Profesinal dan Profesionalisme    
     Kata profesi berasal dari kata to profess yang berarti janji terbuka. Maksudnya, seseorang melaksankan pekerjaan tertentu karena ada semacam janji yang berupa panggilan nurani atau pengabdian seseorang terhadap pekerjaan tersebut (Piet Sahertian, 1994:26). Adapun pengertian profesi secara terminologis adalah suatu pekerjaan yang mempermasyareakatkan pendidikan atau keterampilan khusus bagi pelakunya.
     Menurut pendapat Wirawan profesional adalah orang yang melaksanakan profesi yang berpendidikan minimal S1 dan mengikuti pendidikan profesi atau lulus ujian profesi (wirawan 2002:10). Ditinjau dari asal usulnya, kata profesionalisme berasal dari kata bahasa Inggris profesionalism yang secara leksikal berarti sifat profesional.
    Menurut penulis, profesi adalah pekerja, jabatan yang dimiliki seseorang sesuai dengan  kemampuan yang dimiliki. Profesinal adalah kemampuan, keahlian yang dimiliki untuk melaksanakan profesinya dan profesionalisme adalah mengakui atau menyatakan bahwa dia mampu melakukan profesinya Budiman, Etika Profesi Guru, Mentari Pustaka : Yogyakarta, 2018, hal 155-157.

B.   Ciri-ciri Profesi
      Sanusi et al  (1991), mengutarakan ciri- ciri utama suatu profesi itu sebagai berikut :
1.    Jabatan yang menuntut keterampilan atau keahlian tertentu.
2.    Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh displin ilmu yang jelas, sistematik, yang          bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.
3.    Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu berpegang teguh      kepada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
4. Tiap anggota profesi memiliki kebebasan dalam memberikan judgment terhadap       permasalahan profesi yang dihadapinya.
5.    Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan.

C.   Guru Sebagai Tenaga Profesional
    Bagi guru yang merupakan tenaga profesional di bidang ke pendidikan dalam kaitannya dengan accountability, bukan berarti tugasnya menjadi ringan, tetapi justru lebih berat dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena tu, guru dituntut memiliki kualifikasi kemampuan yang lebih memadai. Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai tenaga profesional kependidikan. Yang pertama adalah tingkatan capability personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lébih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar-mengajar secara efektif. Tingkat keduaadalah guru sebagai inovator, yakni sebagai tenaga kependidi kan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang tepat terhadap pembaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif. Kemudian tingkat yang ketiga adalah guru sebagai developer. Selain menghayati kualifikasi yang pertama dan kedua, dalam tingkatannya sebagai developer, guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. Guru harus mampu dan mau melihat jauh ke depan dalam menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem. Sehubungan dengan profesionalisme seseorang, Wolmer dan Mills mengemukakan bahwa pekeriaan itu baru dikatakan sebagai suatu profesi, apabila memenuhi kriteria atau ukuran-ukuran sebagai berikut :
1.    Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas.
2.    Merupakan karier yang dibina secara organisatoris.
3.    Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional. 

D.  Peranan Profesional Guru
     Pertama, penyelenggaraan pembelajaran menempati porsi terbesar dari profesi keguruan. Tugas ini menuntut guru untuk menguasai isi atau materi bidang studi yang diajarkan serta wawasan yang berhubungan dengan materi itu, kemampuan mengemas materi itu sesuai dengan latar perkembangan dan tujuan pendidikan, serta menyajikannya sedemikian rupa sehingga merangsang peserta didik untuk menguasai dan mengembangkan materi itu dengan menggunakan kreativitas nya.
    Keduatugas yang berhubungan dengan membantu peserta didik dalam mengatasi masalah belajar pada khususnya, dan masalah-masalah pribadi yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajarnya.
    Ketiga, di samping kedua hal tersebut, guru harus me mahami bagaimana sekolah itu dikelola, apa peran guru di dalamnya, bagaimana memanfaatkan adiministrasi, prosedur serta mekanisme pengetolaan tersebut untuk kelancaran tugas tugasnya sebagai guru.

E.   Pengembangan Sikap Profesional
1.    Pengembangan Sikap Selama Pendidikan Prajabatan
2.    Pengembangkan Sikap Selama dalam Jabatan

F.   Persyaratan Dan Kinerja Guru PAK Profesional
1.    Memiliki Pengalaman Rohani
2.    Memiliki Komitmen yang Tinggi Terhadap Profesi GuruРАK
3.    Memiliki Karunia Khusus
4.    Memiliki Keteladanan Dalam proses pembelajaran, keteladan seorang guru PAK


PROFESIONALISME GURU
a.       Guru selalu membuat perencanaan mengajar yang konkret dan rinci yang digunkan sebagai pedoman dalam KBM.
b.      Guru berusaha menempatkan siswa sebagai subyek belajar, guru sebagai pelayan, fasilisator, dan mitra siswa agar siswa dapat mengalami proses belajar bermakna.
c.       Guru dapat bersikap kritis, teguh, dalam membela kebenaran dan bersikap inovatif.
d.      Guru juga bersikap dinamis dalam mengubah pola pembelajaran (peran siswa, peran guru, dan gaya mengajarnya).
e.        Guru harus kreatif membangun dan menghasilkan karya penidikan seperti; tulisan ilmiah.

KESIMPULAN
    Guru profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawabnya sebagai guru secara pribadi sosial, intelektual. Profesi adalah jabatan yang dimiliki seseorang sesuai dengan bidang ahli yang gelutinya. Dan ciri dari profesi tersebut ialah mampu menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang di ambil dalam unjuk kerja yang di tampilkan. Guru harus mempunyai kemampuan pengembangan sikap profesional guru, terdapat berbagai sikap yang salah satunya adalah sikap profesional yang berguna untuk meningkatkan mutu profesionalnya dan mampu mengembangkannya. Peranan profesional guru dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berupa perkembangan peserta didik secara optimal. Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru selesai mendapatkan pendidikan prajabatan Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan sikap profesional keguruan dalam masa pengabdiannya sebagai guru.

IMPLEMENTASI
   Guru yang profesinal seharusnya dapat memberikan implikasi positif bagi perkembangan anak didik. Apabila pengajaran tidak dapat memacu rasa ingin tahu dan rasa ingin berkarya, maka dapat disimpulkan guru tidak berhasil meln guakukan tugasnya sebagai transformator nilai dan perubahan. Dan guru yang profesional harus dapat menghasilkan strategi dan harus dapat megaplikasikannya secara fleksibel dan mampu mamahami cara menggunakan teknologi yang tepat digunakan di dalam kelas. Dan profesionalisme guru searusnya menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan menghasilkan startegi yang mampu membuat perubahan sikap terhadap peserta didik.


DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa, 2009. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Soetjipto, Raflis. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Asdi Mahatsatya.
Yulianti, Lidia. 2009.  Profesionalisme, Standar Kompetensi dan Pengembangan Profesi Guru PAK. Bandung: Bina Media Informasi.


                                                                 
 
                                   







PENGEMBANGAN PROFESI GURU

PENGEMBANGAN PROFESI GURU KELOMPOK 6             Nama               : Friska Putri Sitompul                     (17.04.11.6900)     ...